Latar belakang:
Salah satu cerita lisan yang masih mentradisi di kalangan masyarakat Melayu Bengkalis, Riau adalah kisah ikan Terubuk. Kisah ini terabadikan dalam bentuk syair dengan 285 rangkaian bait yang lebih dikenal dengan Syair Ikan Terubuk. Rangkaian bait syair ini telah diterbitkan sekitar dua puluh versi, salah satunya ditulis oleh Ulul Azmi.
Rangkaian syair ini menceritakan perjuangan ikan Terubuk, salah satu jenis ikan yang menjadi pemimpin kerajaan laut dengan daerah kekuasaan meliputi beberapa selat, untuk mendapatkan putri nan cantik jelita bernama Puyu-Puyu dari kerajaan air tawar. Untuk mendapatkan putri Puyu-Puyu, ia pun mengerahkan bala pasukan yang dimilikinya untuk menerobos masuk ke kerajaan air tawar. Namun mujur tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak, pasukan Terubuk terjerat jaring nelayan.
Melalui buku ini, Ulul Azmi menunjukkan bahawa syair ikan Terubuk merupakan karya sastra sarat makna dan bernilai tinggi yang mempunyai pengaruh cukup signifikan terhadap kehidupan masyarakat Bengkalis, khususnya di laut muara sungai Siak, Riau. Di samping itu, Azmi juga menunjukkan bahwa karya sastra yang diciptakan pada abad ke-19 ini dibuat oleh seorang penyair yang memiliki pengetahuan luas mengenai kehidupan di dalam air, baik air asin maupun air tawar.
Secara
politik, rangkaian Syair Ikan Terubuk menggambarkan ambisi yang gagal dari penguasa
lautan, ikan Terubuk, untuk menguasai daerah pedalaman, putri Puyu-Puyu. Jika
ditarik pada konteks awal keberadaan syair tersebut, kita akan mengetahui bahwa
Syair Ikan Terubuk menceritakan ambisi dari negeri pantai di wilayah
Semenanjung Melayu, yang diwakili oleh Sultan Mahmud dari Melaka, untuk
menaklukan negeri-negeri di daerah pedalaman, seperti Pagarruyung, Minangkabau
dan negeri-negeri agraris lainnya.
SYAIR
IKAN TERUBUK DENGAN PUYU-PUYU, syair kiasan atau alegori yang mengisahkan
percintaan antara ikan. Menurut Overbeck, syair jenis ini biasanya mengandungi
sindiran terhadap peristiwa tertentu. Syair Ikan Terubuk dengan Puyu-puyu
misalnya menyindir peristiwa peminangan seorang anak Melaka terhadap puteri
Siak yang tidak berhasil. Syair ini mungkin diilhami oleh pelanggaran Melaka
terhadap Siak. Syair Ikan Terubuk dengan Puyu-puyu ini berdasarkan naskhah v.d.
Wall 242 di Jakarta.
No comments:
Post a Comment